Wednesday, October 14, 2009
Kangen
Saturday, October 3, 2009
E-siasia...

"Masalahnya Han, kalo gw hubungin lo ke esia lo itu bakal sia-sia aja, karena jarang banget lo angkat langsung, jadinya gw tinggal tunggu feedback lo aja buat nelpon balik... SEBEL!" kata temen gw yang kayanya rada kapok buat ngubungin gw kalo ada apa-apa. Huahauahuahua...
Sebenernya sih keaadaan gw gak angkat telpon itu cuma kebetulan aja, karena kebetulan gw orangnya gak hape banget maksudnya yang kalo kemana-mana harus bawa hape harus nenteng hape itu bukan gw banget. Pernah lo nih hape esia gw ada di kolong tempat tidur sampe berapa hari dengan keadaan mati total, gak jarang juga kalo pas gw keluar kota hape gw juga mati karena gw lupa bawa charger dan kalaupun nyala ketika gw lagi ada di luar kota kadang nih hape tetep aja gak bisa berfungsi karena gak dapet sinyal. Jadi semuanya itu serba kebetulan, kebetulan gw gak angkat telpon karena hape lagi ditinggal, lagi ilang atau nyasar di rumah gw karena gw lupa naronya dimana, lagi lupa dicharger, lagi dipinjem, atau lagi gak dapet sinyal. Jadi jangan salahin gw dan hape esia gw donk kalo gak gw angkat...wakakkakakakakak...
*Hanya sebuah pembelaan diri dari seorang cewe dengan arah pembelaan sepihak yang sayang banget sama esianya, semoga ia bisa memperbaiki keadaan dengan lebih membawa-bawa esianya kemana-mana agar ketika dihubungi bisa langsung dijawab, Yay =P
Friday, October 2, 2009
Ini hanya HIDUP Bung!

Ah…rasanya langit mau menyergap pikiran buntu ku akhir-akhir ini, ya… pikiran buntu yang terselimuti perasaan yang terdukung dalam jajahan waktu yang kurang bersahabat. Ibarat buaya, aku adalah buaya usang yang hanya tinggal menunggu kematian, karena tak ada sesuatu yang bisa ku makan untuk membuat ku kenyang. Ibarat bunga, aku adalah bunga bangkai yang langka dan dikagumi, tapi tak mungkin diberikan sebagai tanda cinta atau dipajang sebagai hiasan dalam vas bunga. Ibarat ikan, aku adalah ikan asin yang disuka oleh beberapa orang karena mungkin mereka tak pernah mengenal kata daging ayam, sapi, atau kambing.
Semua yang kulakukan dalam samudera hidup rasanya hanya membawa perahu kertasku ke arah badai. Tinggi, deras, gelap, hancur kapal kertasku karenanya. Banyak yang bilang ini hanya keadaan hiperbola, sebuah majas bentuk kalimat dalam kaidah bahasa indonesia atau lebay jika dimasukan dalam kamus gaul yang biasa para abg ucapkan.
Tapi itulah kenyataannya, aku seperti buaya yang memakai bunga bangkai dan memakan ikan asin. KRONIS Keadaan sang buaya, jika ia mati mungkin ia akan dikuliti sampai nantinya kulit tersebut telah berubah menjadi tas kulit buaya bermerek LOUIS VUITTON yang di pakai oleh seorang tante cantik berdada besar yang menjadi selingkuhan om-om beristri yang memiliki anak pemabuk suka main judi.
Hahhahhaha, ingin tertawa aku disini! Konyol!
Heyyyyy… mau jadi apa kau buaya? Tanya seorang kompeni yang siap menembak sang buaya karena iya sangat penakut. Tapi buaya diam saja, iya tak melawan karena lelah tak berdaya. Kompeni menarik pelacu pistolnya, MAU JADI APA KAU BUAYA???
Histeris ia berteriak…
Karena iya semakin takut dengan lirikan buaya, padahal sang buaya hanya meliriknya, tak lebih karena tak punya niat untuk memakannya. Buaya usang ditakuti kompeni malang yang salah masuk hutan, ya… bukan salah buaya jika akhirnya kompeni tersebut masuk ke dalam lumpur hidup yang akhirnya menelannya hidup-hidup saat berusaha lari menghindari buaya yang ingin bersahabat.
Cerita pun berakhir, kompeni lebih dulu mati dari pada buaya usang yang ingin bunuh diri.
Semua… semua yang ada di alam tak berbatas ini adalah kehendakNya.
Mungkin Tuhan kangen dan ingin bertemu kompeni secepatnya dari pada bertemu buaya, karena ini hanya hidup Bung!
=)